Download Skripsi Kesehatan Gratis(Hubungan Karakteristik Petugas Laboratotrium)
Salah satu pelayanan yang diberikan di Puskesmas kepada penderita TB Paru adalah pemeriksaan laboratorium. Dalam program penanggulangan TB Paru, pemeriksaan sediaan mikroskopis BTA dari spesimen dahak merupakan komponen kunci untuk menegakkan diagnosis serta evaluasi dan tindak lanjut pengobatan. Pemeriksaan dahak secara mikroskopis merupakan pemeriksaan dahak yang paling efisien, mudah dan murah. Pemeriksaan mikroskopis bersifat spesifik dan cukup sensitif karena pemeriksaan 3 spesimen (Sewaktu Pagi Sewaktu / SPS) dahak secara mikroskopis langsung nilainya identik dengan pemeriksaan dahak secara kultur atau biakan.
Salah satu permasalahan yang masih dijumpai dalam pelaksanaan program P2TB Paru adalah mutu pemeriksaan dahak belum sepenuhnya terjamin secara merata. Ketidakmampuan untuk menafsirkan pemeriksaan laboratorium secara optimal dapat mengganggu perawatan penderita dan penggunaan laboratorium secara tidak tepat dapat mengganggu diagnosis (Joko, 2000: vii). Untuk menjamin ketepatan dan ketelitian hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung harus dilakukan kegiatan pemantapan mutu laboratorium.
Kegiatan pemantapan mutu laboratorium untuk memantau kualitas tata laksana pemeriksaan laboratorium Puskesmas dilaksanakan melalui pemeriksaan cross check atau uji silang yaitu pengiriman satu sediaan dari seluruh slide BTA + masing-masing tersangka penderita ditambah 10% BTA – hasil pemeriksaan Puskesmas yang diambil secara acak ke Balai Laboratorium Kesehatan (BLK) atau BP4 yang ditunjuk (Depkes RI, 2002: 59). Angka error rate (angka kesalahan laboratorium) yang di dapat dari hasil pemeriksaan cross check merupakan salah satu indikator program penanggulangan TB Paru (Depkes RI, 2002: 59).
Menurut WHO dimana jika error rate ≤5% maka mutu pemeriksaan dahak di Kabupaten atau Kota tersebut dinilai bagus. Dengan dilaksanakannya cross check spesimen maka dapat diketahui kualitas hasil pemeriksaan sediaan dahak pada Puskesmas yang bersangkutan. Akurasi pemeriksaan spesimen ini sangat penting karena menyangkut ketepatan diagnosa pada tersangka penderita. Apabila angka kesalahan laboratorium (error rate) dari hasil cross check diketahui >5% maka dapat berdampak pada hasil pembacaan spesimen yang pada akhirnya terjadi kesalahan pengobatan pada penderita sehingga dapat mengganggu program penanggulangan penyakit TB Paru. Selain itu apabila angka kesalahan tersebut melampaui batas maka akan diadakan tindak lanjut kepada petugas laboratorium Puskesmas yang bersangkutan, seperti mendapatkan bimbingan atau petugasnya perlu magang di BLK (Depkes RI, 2002: 61).
Angka pencapaian error rate dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu faktor yang mempengaruhi adalah petugas laboratorium TB Paru, oleh karena petugas laboratorium tersebut memiliki karakteristik individual yang berbeda-beda. Menurut penelitian Yamoto (2001), karakteristik tersebut antara lain umur, jenis kelamin, latar belakang pendidikan, pelatihan, kesehatan mata, status kepegawaian dan lama bekerja. Sedangkan menurut penelitian Sri Retno Rindjaswati (2001), karakteristik internal antara lain umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama bekerja dan karakteristik eksternal antara lain kerja rangkap, pendanaan, penghargaan, pelatihan, mikroskop binokuler, reagen Ziehl Neelsen dan kaca sediaan.
Dengan memperhatikan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Hubungan Karakteristik Petugas Laboratorium TB Paru Puskesmas dengan Error Rate Hasil Pemeriksaan Dahak Tersangka TB Paru di Kabupaten Kudus Tahun 2006 ”.
Silahkan Download Skripsi Kesehatan Gratis(Hubungan Karakteristik Petugas Laboratotrium) dilink berikut
Password: qcYMyDjo
Download Skripsi Kesehatan Gratis(Hubungan Karakteristik Petugas Laboratotrium)
4/
5
Oleh
dany